Bahagia tak perlu selalu berkata

Monday, April 15, 2013


Tepat malam sebelum harinya, sedang turun hujan senja ini.
Aku kembali duduk dibalik jendelaku ditemani susu hangat kala itu.
Sekedar melihat hujan yang turun karna tak ingin melewati satu persatu rintiknya menetesi bumi.
Tapi, ada yang beda saat itu. Aku ada dibalik jendelaku.
Tidak seperti dulu, saat aku berani tenggelam langsung dalam hujan itu.. kali ini aku enggan membasahi diriku dengan perbuatan tak berguna seperti dulu.
Sudah jadi kewajiban manusia untuk belajar dari hal yang lalu. Aku sudah belajar, untuk menikmati sesuatu yang indah kadang tak perlu tenggelam kedalamnya, kita bisa duduk diam tapi pandangan selalu terarah padanya.
Tanpa sedetikpun aku lewatkan, setiap kedipan mataku selalu tertuju padanya.
Iya, wanita yang satu itu. Yang sedang aku buatkan tulisan mengenai hari bahagianya.
Aku ingin jadi yang pertama untuk meyakinkan padanya kalau aku perduli pada senyumnya.
Sekaligus menegaskan kalau aku penggemar terberat dari senyumannya. Mata ini terus melihat kesudut pipinya, tempat dimana senyum itu bernaung senja itu.
Sampai akhirnya senja beralih malam dan hujan tak turun lagi, entah kenapa aku masih duduk diam dibalik jendelaku. Padahal, hujan resmi selesai kala itu dan tidak ada lagi keindahan yang tertera dibalik jendelaku.
Ternyata aku salah, senja masih menyisahkan satu keindahan yang sempat aku lewatkan.
Dia menunjukkan aku senyuman itu. Senyuman kamu, yang kali ini aku rasa tingkat keindahannya sudah melewati batas indah senja.
Dan aku, resmi dibuat tersenyum melihat senyum kamu.
Sambil duduk diam aku cuma bisa tersenyum melihatmu. Tanpa enggan berkata banyak, aku mau menegaskan, bahwa bahagia tak perlu selalu dengan berkata.

0 comments:

Post a Comment